Sungguh Tragis ! Seorang Wanita Asal Bali yang Hanya Bisa Mandi Saat Hujan Turun

Posted on

Seorang Wanita bernama Luh Ariani tinggal sendirian di pinggir jalan pendakian Gunung Batur, Kintamani, Bali.

Mengutip dari Tribun Bali pada Minggu (14/4/2019), ada tiga rumah dari bebatuan yang disusun rapi tanpa semen di kaki Gunung Batur.

Rumah batu Luh Ariani hanya beratap asbes, triplek, dan terpal, serta berlantai tanah.

Tak terlihat ada kasur atau perabotan layaknya di sebuah rumah pada umumnya.

Pintu rumah pun hanya terbuat dari triplek bekas dengan panjang dan lebar 1 meter.

Rumah batu tersebut memiliki 2 ruang yang dibatasi oleh kayu dan terpal.Ruang pertama adalah ruang di sisi kanan sebagai dapur.

Hanya ada tungku sederhana yang tersusun dari 3 buah batu, 3 buah panci, beberapa jeriken, dan beberapa bak plastik.

Sementara itu, ruang kedua adalah ruang di sisi kiri yang berfungsi sebagai ruang tidur

Namun, di ruangan yang dianggap sebagai ruang tidur ini tidak terlihat adanya dipan, kasur, bantal, selimut, ataupun perabotan layaknya sebuah ruang tidur.

Yang terlihat hanya beberapa karung beras bekas di tanah dan di dekat pembatas ruangan.

“itu buat alas saya tidur. Kalau hujan ya banjir. Terus saya tidurnya pindah ke dapur sini. Soalnya kalau di kamar itu pasti bocor. Kalau di dapur ya tidak terlalu banyak air,” ujar Luh Ariani sambil menunjuk atap terpal yang sudah menggembung menampung air hujan.

Tak Punya Toilet dan Hanya Bisa Mandi Saat Hujan TurunDi sekitar rumah Luh Ariani, tidak ditemukan area khusus untuk mandi, cuci dan kakus

Luh Ariani mengaku ia mandi hanya ketika hujan turun.”Saya mandi kalau hujan saja. Kalau tidak hujan ya tidak mandi,” cerita Luh Ariani.

Yuk baca:  Lagi Ramai Serangga & Cacing Keluar dari Stroberi yang Direndam Air Garam, Faktanya

“Tapi kadang saya pergi ke danau. Tidak ada yang nganter, saya jalan (ngesot) ke danau sendirian. Karena jauh saya tidak kuat kalau sering ke danau, makanya mandi kalau hujan saja,” tambahnya.

Sedangkan untuk keperluan air sehari-hari, ia menggunakan air hujan yang ia tampung dalam 2 buah bak plastik berukuran sedang.

Luh Ariani juga hanya memiliki beberapa pakaian.Satu pasang pakaian yang menempel pada tubuh yang saat itu ia kenakan, dan beberapa kain yang ia jemur di depan rumah batunya.

Diinformasikan, Luh Ariani menderita penyakit polio sejak kelas 6 SD sehingga membuatnya tidak bisa berjalan normal sebagaimana mestinya.